Anita Yun

Anita Yun lahir dan melewati masa kanak-kanak di sebuh kampung pesawahan di Kabupaten Bogor. Melewati masa remaja hingga dewasa di daerah industri Bekasi....

Selengkapnya
Navigasi Web

KENAPA DINAMAKAN SUMPAH PEMUDA?

Mengapa Sumpah pemuda? Bukan supah pemudi atau penggabungan keduanya? Pertanyaan ini sama seperti pertanyaan saya di kelas sastra Inggris, kenapa “orang” dalam bahasa ingris disebut juga “man” yang berarti lain adalah laki-laki, dan bukan “women” yang berarti juga wanita, atau sebutan dia untuk Tuhan dalam bahasa Inggris desebut dengan “He” yang berarti juga dia untuk laki-laki, dan bukan memakai “She” yang berarti juga dia untuk perepuan. Dan dosen saya tidak pernah berhasil bisa menjawab, dan malah menyuruh saya mencari jawabannya sendiri dengan memcari di perpustakaan-perpustakaan yang menyimpan buku-buku satra Inggris lama.

Sumpah pemuda, peristiwa yang telah berlalu 91 tahun yang lalu, apakah ketika itu tidak ada perempuan yang turut serta? Dalam peristiwa yang menjadi tonggak awal proses kemedekaan bangsa Indonesia, dimana kaum muda dari seluruh penjuru nusantara berkumpul, menyatukan tekad, merumuskan kesatuan. Dari sejarah yang saya baca, perempuan ikut juga dalam peristiwa sumpah pemuda itu. Tapi balik lagi ke pertanyaan awal, mengapa namanya hanya sumpah pemuda? Atau karena perannya yang kurang menonjol? Wallahualam.

Hanya perkiraan saya saja, dan mungkin tidak harus dibenarkan. Kebebasan perempuan di jaman pra kemerdekaan, mungkin masih menjadi hal tabu, walaupun ada, jumlah dan perannya masih sangat terbata. kita lihat kisah Kartini, bagaimana beliau dibatasi dalam pergaulannya, dan harus menerima tradisi yang telah tertanam di lingkungannya saat itu. meskipun ia memiliki pemikiran yang besar. Hanya kaum lelakilah yang bisa dengan bebasnya mengambil peran dalam proses perjuangan, jika kaum lelaki yang dihadapinya hanya kaum penjajah, tapi perempuan sebelum bisa ikut untuk melawan penjajah, terlebih dahulu mereka harus keluar dari lingkaran tradisi yang membatasi gerak mereka, jika kaum lelaki pribumi saat itu sudah bisa menikmati pendidikan di Sekolah Rakyat, perepuan masih terpenjara dalam kebutahurufan. Wajar jika peran mereka (kaum perempuan), masih sangat minim. Walau tidak bisa kita pungkiri kita juga memiliki pahlawan-pahlawan perpuan yang memiliki jasa atas proses kemerdekaan Indonesia. Seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, dan lain-lain.

Setelah kita menerawang ke masa lalu, mari kita kembali ke masa sekarang. Sekarang sudah tidak ada pembatasan untuk ruang gerak perempuan, baik dalam dunia pendidikan, politik, ekonomi maupun budaya, perempuan sudah bisa bersejajar dengan laki-laki. Tinggal bagaimana kesempatan itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh kaum perempuan. Dalam peringatan Sumpah pemuda yang ke-83 hari ini, baik pemuda, maupun pemudi wajib mengisinya dengan hal-hal yang tidak mencederai perjuangan “Sumpah Pemuda” itu. Tantangan jaman yang begitu besar dan sering melemahkan kaum muda yang katanya akan jadi pemimpin bangsa di masa depan, adalah musuh bersama yang mesti dilawan tidak lagi dengan bambu runcing, palu arit, atau senjata api tercanggih sekalipun.

Perang kita hari ini adalah perang yang berbada, yang mesti kita lawan dengan senjata yang berbada pula. War of Consideration atau perang pemikiran, itulah yang sedang kita hadapi. Siapa yang pemikirannya lebih maju, maka merekalah yang menang, dan bangsa mana yang berhasil ditunggangi pemikirannya, merekalah yang kalah. Hanya dengan pemikiran, negara kecil dengan jumlah penduduk sedikit, bisa menunggangi negara besar, dengan jumlah penduduk yang membludak, dan kekayaan alam yang melimpah. Apakah kita tidak merasa negara yang ditunggangi itu adalah negara kita tercinta?

Indonesia yang besar, yang kaya raya namun penduduknya miskin raya. Itu adalah sebuah bentuk kekalahan kita dalam berpikir. Kita mesti sadar kita belum merdeka, karna kita masih ditunggangi kepntingan-kepentingan (pemikiran) asing. Bagaimana Freeport di Papua, sebuah pertambangan yang sangat besar, mengeruk kekayaan di pulau paling timur Indonesia dengan keuntungan yang sangat besar, sama sekali tidak bisa mensejahterkan penduduknya. Keuntungan terbesarnya bukan dinikmati bangsa kita melainkan negara asing, dan kita hanya memperoleh remah-remahnya dan limbahnya saja, sangat ironis.

Kembali pada perempuan, dengan kebebasan yang ada, perempuan bisa ambil peran sebesar-besarnya dalam peperangan jaman ini, jika dulu perempuan tidak bisa ikut angkat senjata melawan penjajah, hari ini perempuan bisa angkat pena, melawan segala pemikiran yang membodohkan bangsa kita.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post