Anita Yun

Anita Yun lahir dan melewati masa kanak-kanak di sebuh kampung pesawahan di Kabupaten Bogor. Melewati masa remaja hingga dewasa di daerah industri Bekasi....

Selengkapnya
Navigasi Web
Menanti Anak Pertama

Menanti Anak Pertama

Buku Antologi puisi pertama dan memang buku pertama saya yang berjudul Kala Hujan Turun, terbit bersamaan dengan musim hujan. Hujan turun tak henti saat pergantian tahun. Hujan yang jadi bencana bagi sebagian orang di Jabodetabek. Lalu, apakah pandangan saya tentang hujan berubah? Apakah hujan masih seindah itu? Hujan tak pernah berubah di mata saya, dia adalah berkah dari Tuhan yang sangat berharga. Saya selalu suka mendung sebagai sebuah prolog yang syahdu sebelum hujan turun. Apakah saya akan membenci hujan jika saya yang mengalami bencana karena hujan? Tidak, tentu saja tidak, saya pernah beberapa kali mengalaminya. Hujan tidak pernah salah, dia hanya menjalankan kewajiban untuk turun ke bumi. Menumbuhkan biji-bijian, tunas-tunas pepohonan, mengaliri sawah, memberi kita minum, dan membersihkan diri. Namun, jika saat ini sawah dan pohon tergusur oleh beton-beton, gunung yang rimbun menghilang terganti boleh gundukan sampah yang menggunung. Lalu apa kita masih akan menyalahkan hujan saat dia tetap harus turun dengan derasnya dan menghantam rumah-rumah kita, mobil-mobil kita, jalan raya kita? Tentu saja tidak. Di Medan, kali ini di tempat saya tinggal, hujan turun tak memikirkan musim, seperti halnya durian, musim tak musim di Medan kamu mudah saja jika ingin makan durian. Kami tidak menemui kemarau berkepanjangan karena hujan sesekali menyelinginya. Kami tidak menemui banjir berhari-hari, karena hujan akan berhenti jika dia merasa sudah cukup. Saya menduga mungkin ada kaitannya dengan posisi Sumatera Utara yang berada jauh di atas garis khatulistiwa, mungkin, karena saya belum pernah baca tentang riset itu. Jadi saya sangat bersyukur pindah ke kota ini 8 tahun yang lalu. Meski banyak yang beranggapan kota Medan adalah kota yang tidak aman. Bagi saya kota ini cukup nyaman, Medan memiliki kekurangan dan kelebihan yang cukup proporsional. Jadi tinggal bagaimana kita menyesuaikan diri saja. Kembali kepada buku antologi puisi saya, waktu tim editor menyampaikan bahwa naskah saya sudah selesai diedit dan mereka sudah menyiapkan cover nya, sungguh saya sangat gembira, haru, takjub "oh, makjang, sonang kalian awak" Kalau kata orang Medan. Yah, begitulah kira-kira ungkapan rasa bahagia saya. Memang buku itu tentu lah masih banyak kekurangan, tapi saya kira wajar saja, karena itu adalah anak pertama saya. Mungkin nanti pada saat anak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya, tulisan saya akan lebih baik. Semoga ada kesempatan untuk seterusnya berkarya dan memperbaiki diri. "Jangan berhenti turun, tak peduli cacian mengiringi rinai mu. Ribuan orang mencacimu, jutaan orang menantimu. Dan aku selalu menjadi salah satu yang menantimu, hujan"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah, senangnya miliki karya sendiri . Sukses selalu dan barakallahu fiik

12 Jan
Balas

Aamiin makasih Bun. Sukses juga buat Bunda.

12 Jan



search

New Post